Terkadang hanya sebuah pertanyaan saja bisa membuat kita penat. Apalagi kalau pertanyaan itu berulangkali dipertanyakan. Itulah yang sekarang terjadi. Aku merasa penat dengan pertanyaan ibuku. "Kapan kawin?, Udah punya calon belum? Tunggu apalagi?".Bbbrrr....
Pertanyaan-pertanyaan sepertinya belum bisa dihentikan walaupun aku sudah coba menjawabnya. Atau mungkin penanya (ibuku) belum puas dengan semua jawaban yang kuberikan.
Tanya: Kapan kawin?
Jawab: Belum tau
Tanya: udah punya calon belum?
Jawab: belum
Tanya: Tunggu apa lagi?
Jawab: Aku gak ngerasa menunggu sesuatu
Sepertinya kegelisahan ibuku melebihi kegelisahanku yg menjalani keJOMBLOan itu sendiri. Maklum saja, ibuku lahir di saat Jepang masih menginjakkan kakinya di negeri ini. Pendidikan terlalu sulit dijamah. Sehingga anak-anak perempuan hanya didorong untuk bisa melakukan pekerjaan rumah saja, artinya kalau sudah jago melakukan pekerjaan rumah (bukan PR maksudnya) berarti sudah layak untuk dinikahkan. Ibuku menikah kira-kira umur 19thn. Tentu saja hal yang mengkhawatirkan baginya disaat dia menyadari bahwa anak gadisnya yang menurutnya lumayan manis (ehm..ehm..ibuku memang sering berkata begitu lho), yang lebih beruntung mendapatkan pendidikan yang baik, pada umur 27 masih sendiri. Yah, sendiri maksudnya belum menikah.
Sialnya, ternyata tidak hanya ibuku saja yang sering bertanya begitu. Bahkan security ditempat kerjaku juga terkadang menggoda dengan pertanyaan seperti itu. Apa iya, mereka juga merasa gelisah dengan kondisiku. Tadinya aku merasa biasa-biasa saja. Tapi sepertinya kegelisahan meracuniku. Akhirnya aku jadi mencari tau sebab musabab keJOMBLOanku.
1. Aku merasa belum ada yang melamar (boro2 mau nikah, kalau yg ngelamar aja gak ada)
2. Gampang jatuh cinta (akhirnya gampang juga untuk gak memikirkannya)
3. Gak PD
4. Masih takut berkomitmen, takut mengecewakan
5. Kosentrasi pada kerjaan yang sering menggilas pemikiran untuk menikah
6. Gak pny cukup waktu untuk mengenal orang lain lebih dekat
Beberapa teman menasehatiku kalau wanita seusiaku sudah saatnya waspada. Harus cepat-cepat mencari. Agak sedikit kecewa mendengarnya. Bukankah pernikahan itu anugerah. Apa kita akan menghujat tuhan kalau kita merasa anugerah itu datang terlambat. Lho, tapikan tuhan yang paling tau kapan waktu yang tepat untuk memberikan anugerah itu. Kenapa kita mesti maksa? Lagipula harus ada pemabaruan kearah yg lebih baik atas 6 kondisi diatas.
Apa mungkin ya, jawaban yang kuberikan yang membuat orang-orang merasa gelisah dengan kondisiku. Bagaimana kalau jawabnya diubah.
Tanya: Kapan kawin
Jawab: Tunggu aja kabar baiknya/insyaAllah dalam waktu dekat
Tanya: Udah punya calon belum?
Jawab: (kalau yg ini gak usah dijawab, senyum aja, pasti tanggapannya positif)
Tanya: Tunggu apa lagi?
Jawab: Iya nih, lagi cari2 hari baik dan tanggal baik
Semua puas?
2 komentar:
nice one :)
Sabar ya bu.
Mendingan mikiran kuliah dulu. Banyak tugas lho.
Posting Komentar