Ibu memberi wejangan
Pada buah dadaku yang masih mengkal
Satu hari setelah menstruasi
Ibu membuatkan bubur merah putih
Tak lupa gunungan nasi kuning sebagai pengingat
Dibagi-bagikan kepada tetangga terdekat
Putrinya beranjak dewasa
Jangan sembarangan mendekat
Kalau tak mau kena sikat
Dan ibu meramu jamu yang rasanya pekat dilidah
Sambil mengajariku
Bagaimana membalut dengan cara sempurna
“Tak boleh sembarangan bermain dengan lelaki”, katanya suatu hari
“Kenapa?”, aku bertanya
“Tubuh dinimu masih rentan untuk lemas dan mengejang karena kenikmatan”
“Tapi apa salahnya?”, balik kubertanya
“Kau hanya perlu banyak relajar dan membaca Quran, Kalau sekarang kau rasakan, nanti kau sudah tak penasaran, jahanamnya lagi bila kau sampai tak perawan”
Aih ………Ibu
Membuat pipiku merah jambu
Sekarang buah dadaku tak lagi mengkal
Aroma ranumnya tersebar sampai ke istana adam
Tapi petuah Ibu tetap kusimpan
Ibu bertanya penuh kegelisahan
“Kenapa betah sendiri dan tak bersuami”?
Ah………Ibu…..
Bukankah kau ingin aku tetap menjadi perawan
Ibu tersungut kusut
Dibalik senyumnya yang keriput
Kena Bu !
Sekarang Ibu yang penasaran?
Sri Ruwanti
Batam, 13 Nov 2008
Kamis, 13 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
cok..
kasian ibunya, klo anaknya perawan terus kapan nggendong cucunya.
asem.. Blogku mbok rusuhi yoo..!
hahahaha...
maka dari itulah cuk....
sex education harus diajarkan dgn tepat.
akh... emakku tak pernah memaksaku jadi "perawan".
udah bener ta cokkk, plajarannya??
yah, emakku jg gak maksa. cuma aku saja yang kebablasan. itu akibat penyerpan yg salah, cuk....
Posting Komentar