Pentagon mengurungku
Tersekap didalam tembok kaca
Hanya samarmu terbaca
Geliat gelisahku bersemayam
Tubuhku terhuyung-huyung di udara
Tanganmu
Tanganmu tak jua sampai menjemput
Ketika raga begitu lelah berkelana
Pentagon mengurungku
Terbuai aku dalam kotak rias
Larut pada eye shadow dan gincu
Langkahku tanggo dan salsa
Terseret-seret pada lantai dansa
Birama tak jua menyatukan hati dan gerak
Syarafku mengenang kebebasan
Nafasku satu-satu
Aku rindu padang hijau terbuka
Tempatku menunggang kuda
Bermain pedang dan menggelinding bola
Pentagon mengurungku
Bersarang pekat pada ubun-ubun
Semakin lama semakin risau
Semakin lama semakin galau
Terobek aku pada penantian sunyi
Hati mendadak bisu
Kusam jiwaku termakan waktu
Pentaogon mengurungku
Pekat
Pekat
Pekat
Sirna
Sri Ruwanti
Batam, 25 September 2008
Selasa, 21 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar